Perjuangan
Merebut Irian Barat
Oleh : Arinda Wita Hedila
A.
Perjuangan Secara Diplomasi
- Upaya
Perundingan dengan Belanda
Berdasarkan
Keputusan Konferensi Meja Mundar ( KMB ), semestinya pada akhir
tahun 1950, sudah ada upaya Belanda untuk mengembalikan Irian Barat
kepada pihak Indonesia. Akan tetapi, tempaknya keputusan KMB yang
berkaitan dengan Irian Barat tidak berjalan lancar.
Beberapa
kabinet pada masa demokrasi liberal juga memilki program
pengembalian Irian Barat sehingga, setiap kabinet mencoba melakukan
perundingan dengan Belanda. Bahkan, pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap
diadakan pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Anak Agung
dan Menteri Luar Negeri Belanda Luns di Den Haag. Akan tetapi,
perundingan-perundingan itu tidak berhasil untuk
mengembalikan Irian Barat.
- Upaya
Diplomasi Melalui PBB
Sejak
tahun 1953, usaha melalui forum PBB dilakukan oleh Indonesia . Oleh
pihak Indonesia, masalah Irian Barat setiap tahun diusulkan untuk dibahas
dalam Sidang Umum PBB. Sampai dengan Desember 1957, usaha melalui
forum PBB itu juga tidak membawa hasil. Hal itu
disebabkan dalam pemungutan suara, pendukung Indonesia tidak
mencapai 2/3 jumlah suara di Sidang Umum PBB.
B.
Perjuangan Melalui Jalur Politik
Bertepatan
dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI. Ke- II, tanggal
17 Agustus 1956, Kabinet Ali Sastroamijoyo membentuk Pemerintahan
Sementara Irian Barat yang bertujuan untuk membentuk Provinsi Irian Barat
sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Provinsi
Irian Barat yang baru terbentuk meliputi wilayah Irain yang masih diduduki
Belanda, ditambah daerah-daerah Tidore., Oba, Patani, dan Wasile di Maluku
Utara. Pusat Pemerintahan Provinsi Irian Barat berada di Soasiu, Tidore,
Maluku. Pelantikannya dilangsungkan pada 23 September 1956. Akibatnya, Belanda
makin terdesak secara politik.
C.
Perjuangan Melalui Jalur Ekonomi
Pada 18 November 1957,
diadakan gerakkan pembebasan Irian Barat dengan melakukan rapat umum di
Jakarta. Rapat umum ini dilanjutkan dengan pemogokan total oleh
kaum buruh yang bekerja di perusahaan –perusahaan Belanda pada
tanggal 2 Desember 1957. Selanjutnya, terjadi serentetan pengambil
alihan ( nasionalisasi ) modal dan berbagai perusahaan milik
Belanda. Pengambil alihan tersebut semula dilakukan spontan oleh
rakyat. Akan tetapi, tetapi gerakkan tersebut diatur oleh
pemerintah dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Contohnya,
Perbankan, seperti Nederlandsche Handel Maatschappij ( namanya kemudian
diubah menjadi Bank Dagang Negara ), Perkapalan (KPM ), Perusahaan
Listrik Philips dan beberapa perusahaan perkebunan .
Untuk meningkatkan gerakkan
pembebasan Irian Barat dan memperkuat persatuan rakyat
Indonesia, maka pada tanggal 10 Februari 1958, pemerintah
membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat ( FNPIB ).
D.
Perjuangan dengan Konfrontasi Bersenjata
- Perjuangan
melalui Trikora
Menghadapi
kenyataan bahwa berbagai cara yang ditempuh untuk
merebut Irian Barat belum berhasil, maka Indonesia
meningkatkan konfrontasi disegala bidang. Selanjtnya, pada tanggal
17 Agustus 1960, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik
dengan Belanda.
Melihat
aksi Indonesia, Belanda tidak tinggal diam. Pada April 1961, welanda
membentuk Dewan Papua yang bertugas menyelenggarakan penentuan
nAsib sendiri bagi rakyat Irian Barat. Bahkan lebih lanjut Belanda
menunjukkan keberanian dan kekuatannya dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
- Membentuk
negara boneka Papua, dengan lagu dan bendera kebangsaan
Papua.
- Mendatangkan
bantuan dan mengirim pasukan dengan kapal perang Belanda
keperaian Irian, antara lain kapal induk Karel Doorman.
- Memperkuat
angkatan perang Belanda di Irian Barat.
Dengan
kenyataan itu, perjuangan pembebasan Irian Barat secara militer tampaknya
tidak mungkin dihindarkan. Oleh karena itu, pada tanggal 19
Desember 1961, melalui rapat umum di
Yogyakarta, Presiden Soekarno mencanangkan
Tri Komando Rakyat ( Trikora ) . Isi
Trikora adalah sebagai berikut :
- Gagalkan
pembentuk Negara Papua.
- Kibarkan
Sang Merah Putih di Irian Barat.
- Bersiaplah
untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan
dan kesatuan Tanah Air.
- Operasi
Militer di Bawah Komando Mandala.
Sebagai
tindak lanjut pencanangan program Trikora itu, Presiden Soekarno selaku
Panglima Tinggi ABRI, membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Komando Mandala dibentuk pada tanggal 1 Januari 1962 yang dipimpin
oleh Mayor Jenderal Suharto. Pusat dari Komando Mandala
berada di makassar. Komando Mandala bertugas melaksanakan
Trikora untuk merebut Irian Barat. Untuk melaksanakan tugas itu,
Komando Mandala telah melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
- Merencanakan,
mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer.
- Mengembangkan
situasi militer di wilayah Provinsi Irian Barat.
Dalam
rangka mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer di Irian Barat,
Komando Mandala telah melakukan tahapan-tahapan perjuangan . Pada
bulan Maret sampai Agustus 1962, ttelah dimulai pendaratan
pasukan Indonesia yang terdiri atas anggota ABRI dan
sukarelawan dari laut dan udara.
Namun,
pada tahapan persiapan dan infiltrasi militer tersebut telah terjadi
insiden pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 januari 1962. Saat itu,
kapal perang ALRI jenis motor terpedo boat ( MTB )
Macan Tutul yang sedang mengadakan patroli diserang kapal dan
pesawat AL belanda sehingga terjadilah pertempuran. Akan
tetapi, karena terus dikepung dan ditembaki oleh musuh maka
KRI Macan Tutul terbakar dan tenggelam. Dalam insiden
ini gugurlah Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno.
Gerakan
Infiltrasi terus dilakukan sehingga pasukan Indonesia
berhasil mendarat dan menguasai beberapa daerah di Irian Barat.
Berikut para sukarelawan dan sukarelawati, Bendera Merah Putih mulai di
pancangkan di beberapa daerah.
E.
Penyelesaian Konflik Indonesia-Belanda
- Rencana
Bunker
Melihat
gerakkan pasukan Indonesia itu, Belanda mulai khawatir dan kewalahan.
Dunia internasional mengetahui dan mulai beraksi. Amerika Serikat
mulai menekan Belanda agar mau berunding . Belanda akhirnya
bersedia berunding. Ellsworth Bunker, seorang diplomat Amerika
Serikat ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB, sebagai
penegah. Bunker selanjutnya mengusulkan pokok-pokok penyelesaian
masalah Irian Barat secara damai.
Pokok – pokok usulan Bunker itu, antara lain berisi sebagai berikut :
Pokok – pokok usulan Bunker itu, antara lain berisi sebagai berikut :
a.
Belanda akan menyerahkan Irian
Barat kepada Indonesia melalui badan PBB,yakni Pemerintahan
Sementara PBB di Irian Barat atau UNTEA ( United Nations Temporary Executive
Authority ).
b.
Pemberian hak bagi rakyat Irian Barat
untuk menentukan pendapat tentang kedudukan Irian Barat.
Pokok-pokok
usulan Banker itulah yang kemudian terkenal dengan sebutan Rencana
Bunker. Berdasarkan Rencana Bunker itu, maka pada tanggal 15
Agustus 1962, tercapailah persetujuan antara pemerintah
Indonesia dan Belanda di New York yang sering disebut Perjanjian New York.
a.
Belanda harus sudah menyerahkan Irian Barat
kepada UNTEA selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962.
Bendara Belanda diganti dengan Bendera PBB.
b.
Pasukan Indonesia Yang sudah
ada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat dan di
bawah kekuasaan Pemerintahan Sementara PBB ( UNTEA ).
- Angkatan
Perang Belanda berangsur-angsur ditarik dan dikembalikan ke negeri
Belanda
d.
Bendera Indonesia mulai
berkibar di Irian Barat di samping bendera PBB sejak
tanggal 31 Desember 1962
e.
Pemerintah RI akan menerima
pemerintahan Irian Barat dari UNTEA selambat-lambatnya tanggal 1
Mei 1963.
Akhir Konfrontasi Irian Barat
atau Papua
Setelah
perjanjian New York, pada tanggal 19 Agustus 1962, datanglah perintah
untuk menghentikan tembak menembak antara kedua pihak. Dengan
demikian, Operasi Jayawijaya batal dilancarkan.
Sebagai
pelaksanaan isi Perjanjian New York, pada tanggal 1 Oktober 1962, secara resmi
Belanda menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA ( PBB ).Pada
tanggal 1 Mei 1963, PBB menyerahkan Irian Barat kepada
Indonesia. Penyerahan itu di lakukan dengan syarat pemerintah
Indonesia mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat ( Pepera ).
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia.
Nama Irian Barat selanjutnya di ganti dengan Irian Jaya.
Tahun 1969 di langsungkan Penentuan Pendapat Rakyat Irian Jaya (
Pepera ). Hasil Pepera ternyata rakyat Irian Barat
ingin tetap bdrgabung dengan Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia sudah nkembali
kepangkuan Negara Kesatuan Republik nIndonesia. Ini berarti
bangsa Indonesia telah berhasil mempertahankan kemerdekaan
bebas dari penjajahan asing.
Komentar
Posting Komentar