Langsung ke konten utama

Sejarah Folklore

Folklor


            Kata folklor berasal dari bahasa Inggris folklore, yang merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore
            Ciri-Ciri Folklor
a)     Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan,
            yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b)    Folklor bersifat tradisional, 
            yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).
c)     Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang bebeda.
            Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d)    Folklor bersifat anonim, 
            yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e)     Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. 
            Cerita rakyat, misalnya, selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas” untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis dan “seperti ular berbelit-belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutupan yang baku, seperti kata “sahibul hikayat … dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita … demikianlah konon” atau dalam dongeng Jawa banyak dimulai dengan kalimat Anuju sawijining dina (pada suatu hari), dan ditutup dengan kalimat : A lan B urip rukun bebarengan kayo mimi lan mintuna (A dan B hidup rukun bagaikan mimi jantan dan mimi betina).
f)      Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. 
            Cerita rakyat, misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
g)     Folklor bersifat pralogis, 
yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan sebagai.
h)    Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu.
Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
i)       Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.
            Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya
            Macam-macam folklor
  1. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
  • bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
  • ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
  • pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
  • sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
  • cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
  • nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
  1. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
  • kepercayaan dan takhayul;
  • permainan dan hiburan rakyat setempat;
  • teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
  • tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
  • adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
  • upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
  • pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
  1. Folklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
  • arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
  • seni kerajinan tangan tradisional,
  • pakaian tradisional;
  • obat-obatan rakyat;
  • alat-alat musik tradisional;
  • peralatan dan senjata yang khas tradisional;
  • makanan dan minuman khas daerah.
            Fungsi Folklor
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:
a)     Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
b)    Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
c)     Sebagai alat pendidik anak.
d)    Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Arinda Wita Hedila

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Percobaan Sebelum Menghadapi UN Bahasa Indonesia SMA

Soal Percobaan Sebelum Menghadapi UN             Isu hidupnya lembaga bredel dalam legislasi pers nasional kembali menghantui insan pers Indonesia. Beberapa kalangan mengaku telah menerima  draft  perubahan UU Pers yang di dalamnya konon antara lain memuat pengaturan mengenai bredel. Ketakutan akan kembalinya rezim otoriter yang menaburkan kritik dan membudayakan sensor, pembungkaman, serta pembutatulian warga kembali menyeruak. Tidak heran wacana yang hendak dimunculkannya kembali dibredel dalam pembaruan hukum pers yang sebenarnya masih dalam tataran isu menimbulkan gelombang penolakan. Boleh dikata tidak ada satu pun insan pers dan pegiat hak atas kebebasan informasi di negeri ini yang mau lembaga bredel dihidupkan kembali. Eksisnya lembaga bredel dikhawatirkan memberi peluang bagi kekuasaan untuk secara diskredit menghentikan operasi lembaga pers jika dianggap merongrong kewibawaan pemerintah. Pertanyaan mendasar yang layak dikemukakan adalah sejauh mana kekhawatiran akan ke

Dampak Negatif Perjanjian Renville bagi Indonesia

Dampak Negatif Perjanjian Renville Oleh : Arinda Wita Hedila 1.         Bubarnya kabinet Amir Syarifuddin (Januari,1948). Kabinet Amir Syraifudin ditentang oleh dua partai besar yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi. Penentangan itu membuat kabinetnya jatuh, hingga Amir syarifudin menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada 23 Januari 1948. 2.         Indonesia terpaksa harus menerima bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) lewat masa transisi. Sebelum RIS terbentuk Belanda menguasi seluruh wilayah Indonesia. 3.         Indonesia harus menerima hilangnya wilayah kekuasaan. Daerah-daerah yang direbut Belanda dalam Perang Kolonial I lepas termasuk Republik Indonesia. Wilayah Repubik, baik di Jawa maupun di Sumatra terpecah-pecah. Daerah satu dengan daerah yang lain terpisah oleh daerah pendudukan Belanda.  4.         Pejuang yang berada di daerah Belanda harus masuk ke wilayah RI. 5.         Perekonomian RI diawasi secara ketat oleh pihak Bel

Macam-macam Majas

Macam-macam Majas             Majas perbandingan /pertautan : Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. 3.       Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 4.       Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang