Saya yakin kalau Anda semua pernah
dimarah jika mendapatkan peringkat yang kurang baik. Saya punya sedikit
motivasi buat kalian yang sedang merasakan itu. Sejujurnya ini adalah
pengalaman pribadi saya, tolong disimak baik-baik.
Saya berasal dari lingkungan
keluarga yang sederhana dan kurang berada. Setiap hari saya pergi sekolah
dengan maksud agar saya bisa mendapatkan beasiswa ke universitas ternama di
Jerman. Saya belajar di sekolah dengan
semangat dan mencoba untuk menahan emosi yang ada di tubuh saya. Begitulah
saya, jika ada seseorang yang menghina saya hingga membuat saya marah, saya
akan menjawabnya dengan muka tanpa ekspresi. Bukan berarti saya adalah anak
yang pendiam, saya adalah anak yang aktif dan sering berkelakuan yang aneh dan
tidak jelas.
Karena tujuan awal saya adalah untuk
mendapatkan beasiswa di universitas ternama di Jerman, saya selalu berusaha
untuk mendapatkan peringkat pertama di kelas. Hingga akhirnya saya mendapatkan
itu. Saya mendapatkan peringkat pertama di semester pertama pada tahun pertama
di sekolah. Saya sangat senang tetapi saya berusaha untuk tidak sombong dan
tidak membeda-bedakan teman.
Saya sering dipuji oleh teman saya
karena saya sering membuat tugas disaat teman-teman yang lain tidak membuatnya,
tetapi saya merasa risih dengan pujian itu karena menurut saya, itu bukanlah
pujian melainkan cemoohan.
Lama-kelamaan saya merasa kalau
semangat belajar saya mulai pudar, saya tidak tahu mengapa. Puncaknya saat
ujian tengah semester, saya melakukan ujian tengah semester dengan tidak
semangat.
Saya mengetahui kalau nilai saya
sangat merosot. Saya sedih dan saya selalu menceritakan kesedihan itu dengan
teman saya. Dari sekian banyak teman tempat saya curhat, saya sangat bersyukur
karena salah satu dari mereka adalah Tati.
“Jika kamu sekolah hanya untuk memenuhi
niatmu pergi ke Jerman maka kamu akan berusaha untuk mengejar peringkat yang
ada. Dengan itu kamu akan belajar untuk sombong dan egois. Kamu akan menanamkan
rasa iri dan dengki pada temanmu yang merebut peringkatmu. Jangan pernah
mengingkari itu karena memang itulah isi hatimu”
Kurang
lebih itulah maksud yang ingin Tati ucapkan kala aku curhat kepadanya.
Aku jadi mengerti selama ini aku
telah egois dan sombong kepada teman-teman yang ada disekitarku. Aku sadar
bahwa tujuanku untuk sekolah itu adalah salah. Seharusnya tujuanku adalah untuk
menuntut ilmu.
“Sekolah itu bukan tentang seberapa besar
peringkatmu, tetapi seberapa banyak ilmu yang kau dapat”.
Arinda Wita Hedila
Komentar
Posting Komentar