“Train, aku menyukaimu”
“Aku menyukai Rosa”
“Tapi Train, kau pernah
menyukaiku dulu”
“Tetapi sekarang, aku
menutup pintu hatiku untuk Rosa selamanya”
***
PLEASE BE MY TRAIN
Hari mulai gelap,
sinar mentari pun mulai tertutupi, begitu pula awan yang sudah tak mampu untuk
menahan rasa sakit akibat air yang ditahannya. Hujan turun diiringi dengan
kilatan petir, nampak jelas kalau hujan tidak menginginkan siapapun untuk
melewatinya. Namun, seorang gadis di ujung lorong yang sempit itu tak
menghiraukan sedikit pun sabda dari sang hujan. Ia tetap berlari menembus hujan
menuju stasiun kereta api yang berjarak jauh dari tempat ia berada. Dengan
ditemani payung putih tipis, ia membelah jalan dan terus berlari menggapai
tujuan. Gadis mungil itu sangat percaya diri, meski tak ada seorang pun yang
menemani, ia tak goyah sama sekali.
Sampailah
gadis itu di stasiun, seorang lelaki tua dan bujang gagah menyambut
kedatangannya, memeluknya, lalu memukulnya. Tubuh laki-laki itu ikut basah
akibat pelukan erat yang ia berikan. Dengan raut wajah yang kesal namun
bahagia, mereka kembali kerumah.
“Ayah,
Rosa minta maaf karena menjemput ayah dan Train sendirian di cuaca yang seperti
ini”
“Aku
sangat khawatir atas keadaanmu Ros. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri
jika terjadi hal yang tidak diinginkan padamu” (Train menyelah pembicaraan)
“Ayah
disini selama tujuh hari dan Train hanya menemanimu selama dua hari, sebab ia
masih sibuk dengan kulihanya.”
“Besok
aku pergi membawamu melihat air terjun yang indah, aku janji” (Bisik Train
kepada Rosa)
Rosa
namanya, gadis kelahiran tahun 1998 ini sedang sibuk mencari universitas yang
cocok untuk ia jalani kelak. Cita-cita Rosa hanya satu, yaitu ingin mengubah
nasib yang yang telah ia jalani selama lima tahun bersama ayahnya. Ia ingin
menjadi orang kaya yang sukses, seperti ayahnya dahulu. Semenjak ibu Rosa
meninggal, ayah Rosa putus langkah dan kehilangan harapan. Ia enggan keluar
rumah dan menutup perusahaan yang saat itu sangat terkenal di kota Palembang. Saat
Rosa masuk SMA, tabungan harta yang dimiliki ayah Rosa hampir habis dan saat
itu Rosa sangat sedih takut tidak dapat beresekolah lagi. Sejak saat itulah
ayah Rosa sadar kalau yang ia lakukan adalah salah. Boleh jadi engkau memiliki
masa lalu yang sangat menyayat hati, tetapi jangan terjebak dengan masa curam
itu, jadikan masa lalu sebagai batu loncatan untuk menempuh masa depan yang
lebih indah. Itulah yang dikatakan ayah Rosa ketika ia sadar kalau ia harus
berubah, ia tak ingin Rosa menjadi pecundang akibat ulahnya. Rosa dan ayahnya
pindah ke kota Lahat dan membangun bisnis baru disana. Ayah Rosa bekerja
sebagai pedagang, namun tidak sesukses dulu, ia harus berkeliling kota untuk
menjajahkan dagangan. Hal itu berdampak buruk bagi Rosa, ia kesepian, hanya
Train yang sering datang kerumah Rosa untuk menemani gadis cantik dan penuh
semangat itu.
Train
berusia dua tahun lebih tua dari Rosa. Train sering mampir ke Lahat, untuk
mengunjungi Rosa dan terkadang mereka berdua sering pergi ke tempat wisata
untuk menghabiskan waktu luang, hanya berdua. Akhir-akhir ini Train sedang
sibuk dengan kuliahnya, Ia adalah mahasiswa kebanggan kampus, peraih nilai
tertinggi berturut-turut. Train bahkan sudah ditawarkan pekerjaan di perusahaan
ternama, meskipun ia belum lulus kuliah.
Rosa
pertama kali bertemu dengan Train di sebuah taman. Saat itu sedang sepih, daun
kering berguguran dari tangkainya, angin bergemuruh menyapu lantai taman yang
berdebu, pertanda badai akan segera tiba. Train duduk termenung di sebuah
ayunan tua dengan mainan kereta api kecil yang ia pegang erat di tangan kanannya.
Sesekali Train mengucek mata yang iritasi karena telah bertegur sapa dengan
sang debu. Train enggan pergi meski ia tahu bahwa taman sudah tidak menerima
kehadirannya. Angin meniup ayunan yang ia duduki sehingga Train jatuh terlempar
di bebatuan yang cukup menyakitkan jika kau tidak ramah dengannya. Train pergi
hendak pulang kerumah walau kelihatannya ia tidak ingin pulang.
Terlihat
segerombolan anak laki-laki tertawa di balik jendela rumah yang tak jauh dari
taman. Nampaknya mereka adalah orang yang sedang Train tunggu sejak tadi. Walau
tidak terlalu yakin, Rosa dapat menebaknya hanya dengan melihat mata Train yang
tidak diam melirik ke sana kemari seolah menunggu. Rosa penasaran dan mendekati
rumah itu, ingin berlindung dari riuhnya angin katanya. Sayup-sayup Rosa
mendengar suara gerombolan anak laki-laki itu yang sedang meledek Train. Anak
itu mengatakan kalau Train adalah adalah orang yang bodoh, payah, dan lemah.
Rosa tahu itu karena mereka memang berada di sekolah dasar yang sama, tetapi
Rosa tetap tidak terima kalau mereka dengan teganya mempermainkan Train.
Rosa
berteriak meminta agar mereka keluar rumah, dan pergi menemui Train sekarang
juga. Mereka memang keluar rumah, tetapi yang mereka lakukan hanya mengejek
Rosa dan mengatakan kalau Rosa adalah
orang yang sama bodohnya dengan Train. Tidak terima, Rosa memukul semua anak
lelaki yang ada disana, mereka tidak tahu sekuat apa Rosa. Rosa memang terkenal
sebagai gadis kuat dan penuh semangat sejak sekolah dasar. Tak ada yang mau
berurusan dengan Rosa. Ternyata, Train belum pulang kerumah dan ia melihat
seluruh aksi Rosa. Saat Rosa berbalik menatap Train, dia pergi.
Keesokannya,
Train datang ke arah Rosa dan berterima kasih kepada Rosa. Train bercerita
kalau anak laki-laki yang kemarin dipukul oleh Rosa adalah teman-temannya,
namun setelah kejadian kemarin, ia sadar kalau mereka bukanlah teman yang
pantas untuk dirinya. Train juga berjanji untuk tidak menjadi anak yang bodoh,
payah, dan lemah lagi. Dia akan menunjukkan kepada dunia siapa dia yang
sesungguhnya. Sejak saat itu Train dan Rosa menjadi teman yang sangat akrab.
Siapa sangkah Train yang pintar, keren, kuat, dan idola para wanita mempunyai
masa lalu yang sangat kelam dahulu.
“Rosa,
bantu Train membawa barang-barangnya masuk” (Ayah Rosa menyadarkan Rosa dari
lamunannya)
Satu
hari telah berlalu, hari ini Train akan menepati janji yang ia buat kepada Rosa
kemarin. Train akan mengajak Rosa melihat indahnya air terjun yang tersembunyi
di desa kecil di kota Lahat. Mereka pergi pukul 2 siang dan sampai ke lokasi
wisata sekitar satu jam lamanya. Penampakan air terjun yang menakjubkan
memperindah kisah cinta yang terjalin di antara mereka berdua.
Meskipun
telah memiliki tampang yang keren, Train tetap sama seperti dahulu. Train tidak
bisa berenang, dan kelemahannya ini menjadi bahan olokon Rosa. Rosa memaksa
Train untuk berenang di bawah derasnya air yang mengalir, tetapi Train menolak.
Train mengeluarkan handphone dan mengajak Rosa berfoto untuk mengalihkan perhatian.
Perhatian Rosa sempat teralihkan, namun ia akhirnya sadar. Rosa menarik Train
kedalam air dan mengancam Train kalau ia akan berteriak dan mengatakan kepada
semua orang kalau Train tidak bisa berenang. Mau bagaimana lagi, pikir Train,
ia terpaksa terjun kedalam air dan menuruti kehendak Rosa.
Rosa
memamerkan kemampuan renangnya kepada Train. Ia berenang dengan lihainya. Mulai
dari gaya dada, gaya bebas, gaya kupu-kupu, semua jenis gaya renang ia kuasai.
Ia berenang disekitar Train dan menggoda Train dengan berkata Train si payah,
Train tidak bisa berenang.
“Train!!
Kakiku kram, tolong aku, aku akan tenggelam” (Rosa berteriak ke arah Train)
Train
kaget, ia tidak bisa berenang. Lalu, ia paksakan diri untuk menggapai Rosa yang
berada tepat di bawah air terjun yang mengalir dengan derasnya itu. Train
kesusahan dan takut untuk pergi ke daerah itu, tetapi karena hormon adrenalin
berpacu dengan cepat, Train menjadi lebih kuat dari biasa. Hormon itu memacu
kaki Train untuk bergerak mendorong air. Sontak saja Train menjadi perenang
handal dalam waktu sekejap. Namun, keadaan itu hanya berlaku saat itu. Train
tetap payah dalam hal berenang di hari berikutnya.
“Rosa,
kamu baik-baik saja!?”
“Train,
maafin aku.....”
“Rosa,
kamu kenapa? Jangan membuatku panik!”
“Train,
maafin aku karena aku telah menipu dengan berpura-pura tenggelam. Hahahaa. Kamu
tau kan kalau aku perenang yang handal, aku tidak mungkin tenggelam”
“Rosa....
Aku jadi khawatir nih!”
“Maaf
yah, tapi sisi baiknya kamu bisa merasakan bagaimana nikmatnya dunia renang”
Train
dan Rosa kembali menikmati suasana indah yang terjalin saat itu. Mereka tidak
tahu kalau masalah sudah mengantri untuk mendapatkan jatahnya.
Train
pulang kembali ke Palembang, dan yang tersisa di rumah hanyalah Rosa dan ayahnya.
Rosa menikmati saat berdua dengan ayah. Mereka membangun ikatan kembali setelah
sempat putus selama lima tahun.
“Rosa,
katanya mau lihat hasil tes SBMPTN kamu. Ayo cepat, ayah sudah tidak sabar
ingin melihat anak ayah satu-satunya ini lulus di universitas yang mana”
“Ini
Rosa lagi lihat websitenya, Ayah” (Melihat dalam ke laptop lalu berlari menuju
kamar tidurnya”
“Eh
Rosa kok kamu pergi ? Rosa kenapa kamu terlihat sangat sedih dan menangis?”
***
Kamar kecil yang
berukuran 3 x 4 itu nampak tidak nyaman seperti biasanya. Terdengar suara dari
jam dinding yang mengeluarkan bunyi seolah meledek. Jika bisa berbicara, pasti
jam itu akan mengatakan bahwa yang terjadi saat ini adalah akibat dari
perbuatan Rosa yang terlalu santai dan membuang-buang waktu. Terlebih ketika ia
melihat raut wajah boneka satu-satunya yang ia miliki nampak tak ramah.
Kegagalan Rosa dari tes SBMPTN yang sempat memberikan Rosa harapan itu adalah
peristiwa penting yang tak dapat ia lupakan samapai kapanpun.
Rosa berbaring di lantai
menatap langit-langit rumah yang semula indah akibat ukiran yang dipancarkannya.
Kini langit-langit rumah itu telah tertutupi oleh sarang laba-laba akibat
kelalaian Rosa yang tidak membersihkannya. Lantai terasa dingin menembus kulit,
sedingin hati Rosa yang tak dapat berkutik menghadapi kenyataan yang pahit.
“Rosa, Train datang untuk
menjenguk, tolong keluar sebentar demi ayah dan Train”
Mata Rosa terbelalak
ketika mendengar ayahnya menyebut nama Train. Rosa yang mogok keluar dari kamar
selama satu bulan itu, akhirnya keluar kamar.
“Train!” (Rosa berteriak
ke arah Train lalu memeluknya)
“Maafkan aku baru datang,
karena akhir-akhir ini aku punya banyak urusan yang tidak dapat ditunda ataupun
dibatalkan. Namun, aku membawa bunga mawar untuk Rosaku.” (Memberikan mawar
kepada Rosa sambil berlutut)
“Kamu memang tau apa yang
aku suka, Train. Tapi jangan percaya diri dulu, aku masih marah denganmu.”
“Rosa, maafkan ayah
karena telah menjadi ayah yang tidak baik bagimu. Ayah sibuk dan jarang memperhatikanmu,
tetapi apa yang ayah lakukan murni untuk kebaikan kita. Ayah akan pergi ke
Lubuk Linggau sekarang, ayah menitipkanmu dengan Train. Semoga kalian bisa
berdamai. Maukah anakku yang cantik dan Train mengantar ayah ke stasiun kereta
api ?” (Ayah Rosa menyela percakapan antara Rosa dan Train)
Hari
demi hari berlalu, Train mencoba untuk menghibur Rosa, namun Rosa tetap tidak
mau membuka hati.
“Train,
berhenti menghiburku. Kamu tidak bisa merubahku. Mau bagaimanapun aku tetap
seorang pecundang.”
“Iya,
kamu sekarang adalah seorang pecundang”
“Train!!”
“Mengapa?
Aku benar kan? Kamu berbeda sekarang, kamu bukanlah Rosa yang kukenal seperti
dahulu, kamu bukan Rosa yang telah menyelamatkanku dari segerombolan anak
laki-laki nakal yang telah mengusikku. Kamu payah sekarang. Awalnya, aku sempat
tidak percaya kalau kamu menyerah secepat ini. Tapi, akhir-akhir ini aku baru
sadar mengapa.”
“Kamu
juga berubah, kamu sudah tidak memperdulikanku lagi. Sekarang aku ingin
bertanya denganmu tentang hubungan kita. Apakah kita masih berpacaran? Apakah
kamu masih mencintaiku? Dengan kondisimu yang sudah berubah menjadi sosok idola
seperti saat ini, aku rasa jawaban dari pertanyaan ini adalah tidak! Tidak sama
sekali!”
“Dunia
sudah berubah Ros, menuju era yang lebih canggih dan modern, masyarakat telah
tumbuh menjadi insan yang cerdas dan berorientasi ke masa depan. Begitu pula
aku, dan perasaanku terhadapmu.” (Train pergi dari rumah dan meninggalkan Rosa
sendirian disana.)
Rosa
menunggu Train di rumah yang berukuran kecil ini. Ia menunggu dengan gelisah,
takut-takut Train akan marah dan meninggalkan ia sendiri. Sempat terlintas
difikiran Rosa kalau hal itu tidak mungkin terjadi, karena selama ini ia tidak
pernah melihat Train marah kepada ia. Tentunya sebelum pertengkaran yang
terjadi beberapa saat tadi belum terjadi.
Saat
Train berada di kelas 3 SMP, ia pernah mengungkapkan perasaan tulus yang
tersembunyi di hati ia selama ini. Train menyatakan cinta kepada Rosa, cinta
monyet namanya. Julukan cinta kepada anak kecil yang baru merasakan fitrah sang
cinta. Tidak disangka, Rosa mempunyai rasa yang sama. Untuk sesaat mereka
menjadi pasangan yang romantis. Rosa berubah menjadi lembut dan jarang
menjahili Train. Begitu juga dengan Train yang mencurahkan perhatian penuh
mengenai Rosa.
Perjalanan
cinta berhenti ketika Train lulus SMP dan melanjutkan pendidikan di SMA. Train
jarang bertemu bahkan berkomunikasi dengan Rosa. Train lebih fokus kepada
kariernya ketimbang fokus mengurusi kehidupan Rosa. Train berubah menjadi sosok
idola. Banyak gadis yang mengantri untuk bisa bersama Train dan Rosa mengetahui
itu. Namun, Rosa berpura-pura kalau hal itu tidak pernah terjadi. Rosa tetap
menyukai Train. Walau Rosa tahu rasa Train terhadap Rosa kian hari kian pudar.
Saat
Train naik ke kelas 3 SMA yang artinya Rosa akan naik ke kelas 1 SMA, Train
memberikan sesuatu kepada Rosa sebagai salam perpisahan. Rosa akan pindah ke
kabupaten Lahat untuk menemani ayah Rosa merajut asa. Terjadi di stasiun kereta
api, ketika kereta Rosa hendak berangkat. Train menarik tangan Rosa dan
memberikan sesuatu kepadanya.
“Rosa,
aku memberikan mainan kereta api ini kepadamu. Mainan kereta api yang kubawa
saat engkau menyelamatkanku. Jaga mainan ini baik-baik, because I would like t be your Train. Kereta api yang selalu
menemani untuk meraih tujuanmu. Kereta api yang akan melewati berbagai macam
musim dan suasana untuk menjagamu. Aku akan menjadi kereta apimu.”
Suara
seseorang mengetuk pintu membangunkan Rosa dari lamunan. Rosa membuka pintu dan
berharap kalau Train lah yang sedang mengetuk. Dugaan Rosa benar, Train yang
mengetuk pintu. Train datang dengan seorang gadis bersamanya. Train menyuruh
gadis itu masuk ke ruang tamu agar bisa beramah tamah dengan mereka, tetapi
Rosa menolak kedatangan gadis itu. Rosa ketakutan sehingga ia tidak bisa
berfikir jernih lagi. Ketakutan membuat segalanya menjadi buruk. Rosa menyangka
kalau gadis itu adalah pacar baru Train yang berarti saingan baginya. Ia
berteriak ke arah gadis itu.
“Apa
yang kamu lakukan disini? Pergi sana! Jadi selama ini kamu yang menggoda Train
sehingga ia berpaling dariku?”
“Rosa,
apa apaan ini! Dia adalah seorang psikolog. Dia akan membantumu dan memberi
semangat kepadamu, sehingga kamu berubah menjadi Rosa yang penuh semangat
seperti dahulu.” (Train mencoba menenangkan Rosa dengan berkata lembut)
“Train,
aku tidak gila! Aku juga tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang yang telah
merebut pacarku ini!”
Psikolog
cantik itu sadar diri dan pergi dari rumah Rosa. Memang ini adalah pekerjaan ia
untuk menangkan pasien, tetapi ia sudah terlanjut sakit hati karena telah
dihina seperti itu. Train duduk di kursi tamu dengna diam. Sebaliknya, Rosa
malah berteriak ke hadapan Train. Train terlihat sedang berfikir panjang
bukannya mendengarkan perkataan Rosa, tetapi Rosa tidak sadar akan hal itu.
Train berdiri dan berkata
“Rosa,
aku ingin pulang”
***
Perkataan
singkat yang membuat Rosa bungkam. Rosa tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Kelihatannya kali ini Train sangat serius akan niatnya untuk pulang ke
Palembang. Train mengemas barang dan bersiap untuk pulang, tetapi Rosa menutup
pintu dan tidak membiarkan Train untuk pulang.
“Rosa
kenapa? Bukannya ini yang kamu mau?” (Train bertanya dengan lembut)
“Maafin
aku karena telah bertindak kasar terhadapmu selama ini, Train. Aku ingin ikut denganmu.
Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu.” (Rosa berlutut dihadapan Train)
“Baiklah,
kamu boleh ikut denganku, tetapi kamu harus meminta izin kepada ayah terlebih
dahulu”
Rosa
mendapatkan izin dari ayah, walaupun membutuhan waktu yang lama. Train berusaha
meyakinkan ayah mengenai hal ini. Rosa membutuhkan liburan, kata Train.
Sesampai di Palembang, Train langsung mengajak Rosa berkeliling kota Palembang
itu melihat proyek LRT (Light Rail
Transit).
LRT
adalah kereta api listrik bergerbong pendek yang dibangun tepat di jantung kota
Palembang. Pembangunan LRT ini akan terbentang sejauh 24,4 kilometer dengan
melewati 14 halte dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang menuju
komplek olahraga Jakabaring Sport City (JSC)
“Train,
maaf aku menyela. Tetapi aku bingung, kamu bilang mau mengajakku berkeliling
kota Palembang. Kok dari tadi kita hanya melihat LRT katamu itu yang saat ini
saja belum selesai dibangun?”
“Maafkan
aku, tetapi aku menyukai kereta api. Seperti yang kamu tahu.”
“Train,
aku penasaran apakah kamu pernah mengalami hal yang buruk, kulihat hidupmu
sangat sukses, kau dapat kuliah dengan mudah dan menda patkan beasiswa, sedangkan aku, tes SBMPTN saja tidak lulus.
Kau bahkan sudah mendapatkan tawaran pekerjaan meskipun belum lulus kuliah.”
“Apakah
kamu benar-benar penasaran?”
“Iya”
“Apakah
dengan mendengar jawabanku ini akan membuatmu tenang?”
“Iya
Train.”
“Hidupku
seperti kereta api, aku pernah melintasi hutan yang gelap, jurang yang dalam
dan diliputi oleh gemericik hujan untuk menggapai mimpiku. Sama sepertimu, kau
harus berusaha untuk membanggakan orang tuamu dengan cara kuliah di universitas
favorit dan lulus SBMPTN. Meskipun pada akhirnya kamu tak lulus jua. Itulah
hidup, untuk mendapatkan hal yang indah, butuh perjuangan yang luar biasa.”
“Train,
apakah ada orang lain yang mengisi hatimu sehingga kau sangat bersemangat?”
“Aku
pernah memilihmu sebagai kekasih,dan orang lain juga pernah memilihku sebagai
kekasih, tetapi yakinlah kereta api hanya mempunyai satu lintasan, dan
lintasanku hanya tertuju padamu.”
“Maafkan
aku Train karena telah salah paham denganmu.. ”
“Rosa, I would like to be your Train”
“Of Course, please be my Train....”
***
Komentar
Posting Komentar