Langsung ke konten utama

Please be My Train ~ Sebuah Cerpen

“Train, aku menyukaimu”
“Aku menyukai Rosa”
“Tapi Train, kau pernah menyukaiku dulu”
“Tetapi sekarang, aku menutup pintu hatiku untuk Rosa selamanya”
***
PLEASE BE MY TRAIN

            Hari mulai gelap, sinar mentari pun mulai tertutupi, begitu pula awan yang sudah tak mampu untuk menahan rasa sakit akibat air yang ditahannya. Hujan turun diiringi dengan kilatan petir, nampak jelas kalau hujan tidak menginginkan siapapun untuk melewatinya. Namun, seorang gadis di ujung lorong yang sempit itu tak menghiraukan sedikit pun sabda dari sang hujan. Ia tetap berlari menembus hujan menuju stasiun kereta api yang berjarak jauh dari tempat ia berada. Dengan ditemani payung putih tipis, ia membelah jalan dan terus berlari menggapai tujuan. Gadis mungil itu sangat percaya diri, meski tak ada seorang pun yang menemani, ia tak goyah sama sekali.
            Sampailah gadis itu di stasiun, seorang lelaki tua dan bujang gagah menyambut kedatangannya, memeluknya, lalu memukulnya. Tubuh laki-laki itu ikut basah akibat pelukan erat yang ia berikan. Dengan raut wajah yang kesal namun bahagia, mereka kembali kerumah.
            “Ayah, Rosa minta maaf karena menjemput ayah dan Train sendirian di cuaca yang seperti ini”
            “Aku sangat khawatir atas keadaanmu Ros. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan padamu” (Train menyelah pembicaraan)
            “Ayah disini selama tujuh hari dan Train hanya menemanimu selama dua hari, sebab ia masih sibuk dengan kulihanya.”
            “Besok aku pergi membawamu melihat air terjun yang indah, aku janji” (Bisik Train kepada Rosa)
            Rosa namanya, gadis kelahiran tahun 1998 ini sedang sibuk mencari universitas yang cocok untuk ia jalani kelak. Cita-cita Rosa hanya satu, yaitu ingin mengubah nasib yang yang telah ia jalani selama lima tahun bersama ayahnya. Ia ingin menjadi orang kaya yang sukses, seperti ayahnya dahulu. Semenjak ibu Rosa meninggal, ayah Rosa putus langkah dan kehilangan harapan. Ia enggan keluar rumah dan menutup perusahaan yang saat itu sangat terkenal di kota Palembang. Saat Rosa masuk SMA, tabungan harta yang dimiliki ayah Rosa hampir habis dan saat itu Rosa sangat sedih takut tidak dapat beresekolah lagi. Sejak saat itulah ayah Rosa sadar kalau yang ia lakukan adalah salah. Boleh jadi engkau memiliki masa lalu yang sangat menyayat hati, tetapi jangan terjebak dengan masa curam itu, jadikan masa lalu sebagai batu loncatan untuk menempuh masa depan yang lebih indah. Itulah yang dikatakan ayah Rosa ketika ia sadar kalau ia harus berubah, ia tak ingin Rosa menjadi pecundang akibat ulahnya. Rosa dan ayahnya pindah ke kota Lahat dan membangun bisnis baru disana. Ayah Rosa bekerja sebagai pedagang, namun tidak sesukses dulu, ia harus berkeliling kota untuk menjajahkan dagangan. Hal itu berdampak buruk bagi Rosa, ia kesepian, hanya Train yang sering datang kerumah Rosa untuk menemani gadis cantik dan penuh semangat itu.
            Train berusia dua tahun lebih tua dari Rosa. Train sering mampir ke Lahat, untuk mengunjungi Rosa dan terkadang mereka berdua sering pergi ke tempat wisata untuk menghabiskan waktu luang, hanya berdua. Akhir-akhir ini Train sedang sibuk dengan kuliahnya, Ia adalah mahasiswa kebanggan kampus, peraih nilai tertinggi berturut-turut. Train bahkan sudah ditawarkan pekerjaan di perusahaan ternama, meskipun ia belum lulus kuliah.
            Rosa pertama kali bertemu dengan Train di sebuah taman. Saat itu sedang sepih, daun kering berguguran dari tangkainya, angin bergemuruh menyapu lantai taman yang berdebu, pertanda badai akan segera tiba. Train duduk termenung di sebuah ayunan tua dengan mainan kereta api kecil yang ia pegang erat di tangan kanannya. Sesekali Train mengucek mata yang iritasi karena telah bertegur sapa dengan sang debu. Train enggan pergi meski ia tahu bahwa taman sudah tidak menerima kehadirannya. Angin meniup ayunan yang ia duduki sehingga Train jatuh terlempar di bebatuan yang cukup menyakitkan jika kau tidak ramah dengannya. Train pergi hendak pulang kerumah walau kelihatannya ia tidak ingin pulang.
            Terlihat segerombolan anak laki-laki tertawa di balik jendela rumah yang tak jauh dari taman. Nampaknya mereka adalah orang yang sedang Train tunggu sejak tadi. Walau tidak terlalu yakin, Rosa dapat menebaknya hanya dengan melihat mata Train yang tidak diam melirik ke sana kemari seolah menunggu. Rosa penasaran dan mendekati rumah itu, ingin berlindung dari riuhnya angin katanya. Sayup-sayup Rosa mendengar suara gerombolan anak laki-laki itu yang sedang meledek Train. Anak itu mengatakan kalau Train adalah adalah orang yang bodoh, payah, dan lemah. Rosa tahu itu karena mereka memang berada di sekolah dasar yang sama, tetapi Rosa tetap tidak terima kalau mereka dengan teganya mempermainkan Train.
            Rosa berteriak meminta agar mereka keluar rumah, dan pergi menemui Train sekarang juga. Mereka memang keluar rumah, tetapi yang mereka lakukan hanya mengejek Rosa  dan mengatakan kalau Rosa adalah orang yang sama bodohnya dengan Train. Tidak terima, Rosa memukul semua anak lelaki yang ada disana, mereka tidak tahu sekuat apa Rosa. Rosa memang terkenal sebagai gadis kuat dan penuh semangat sejak sekolah dasar. Tak ada yang mau berurusan dengan Rosa. Ternyata, Train belum pulang kerumah dan ia melihat seluruh aksi Rosa. Saat Rosa berbalik menatap Train, dia pergi.
            Keesokannya, Train datang ke arah Rosa dan berterima kasih kepada Rosa. Train bercerita kalau anak laki-laki yang kemarin dipukul oleh Rosa adalah teman-temannya, namun setelah kejadian kemarin, ia sadar kalau mereka bukanlah teman yang pantas untuk dirinya. Train juga berjanji untuk tidak menjadi anak yang bodoh, payah, dan lemah lagi. Dia akan menunjukkan kepada dunia siapa dia yang sesungguhnya. Sejak saat itu Train dan Rosa menjadi teman yang sangat akrab. Siapa sangkah Train yang pintar, keren, kuat, dan idola para wanita mempunyai masa lalu yang sangat kelam dahulu.
            “Rosa, bantu Train membawa barang-barangnya masuk” (Ayah Rosa menyadarkan Rosa dari lamunannya)
            Satu hari telah berlalu, hari ini Train akan menepati janji yang ia buat kepada Rosa kemarin. Train akan mengajak Rosa melihat indahnya air terjun yang tersembunyi di desa kecil di kota Lahat. Mereka pergi pukul 2 siang dan sampai ke lokasi wisata sekitar satu jam lamanya. Penampakan air terjun yang menakjubkan memperindah kisah cinta yang terjalin di antara mereka berdua.
            Meskipun telah memiliki tampang yang keren, Train tetap sama seperti dahulu. Train tidak bisa berenang, dan kelemahannya ini menjadi bahan olokon Rosa. Rosa memaksa Train untuk berenang di bawah derasnya air yang mengalir, tetapi Train menolak. Train mengeluarkan handphone dan mengajak Rosa berfoto untuk mengalihkan perhatian. Perhatian Rosa sempat teralihkan, namun ia akhirnya sadar. Rosa menarik Train kedalam air dan mengancam Train kalau ia akan berteriak dan mengatakan kepada semua orang kalau Train tidak bisa berenang. Mau bagaimana lagi, pikir Train, ia terpaksa terjun kedalam air dan menuruti kehendak Rosa.
            Rosa memamerkan kemampuan renangnya kepada Train. Ia berenang dengan lihainya. Mulai dari gaya dada, gaya bebas, gaya kupu-kupu, semua jenis gaya renang ia kuasai. Ia berenang disekitar Train dan menggoda Train dengan berkata Train si payah, Train tidak bisa berenang.
            “Train!! Kakiku kram, tolong aku, aku akan tenggelam” (Rosa berteriak ke arah Train)
            Train kaget, ia tidak bisa berenang. Lalu, ia paksakan diri untuk menggapai Rosa yang berada tepat di bawah air terjun yang mengalir dengan derasnya itu. Train kesusahan dan takut untuk pergi ke daerah itu, tetapi karena hormon adrenalin berpacu dengan cepat, Train menjadi lebih kuat dari biasa. Hormon itu memacu kaki Train untuk bergerak mendorong air. Sontak saja Train menjadi perenang handal dalam waktu sekejap. Namun, keadaan itu hanya berlaku saat itu. Train tetap payah dalam hal berenang di hari berikutnya.
            “Rosa, kamu baik-baik saja!?”
            “Train, maafin aku.....”
            “Rosa, kamu kenapa? Jangan membuatku panik!”
            “Train, maafin aku karena aku telah menipu dengan berpura-pura tenggelam. Hahahaa. Kamu tau kan kalau aku perenang yang handal, aku tidak mungkin tenggelam”
            “Rosa.... Aku jadi khawatir nih!”
            “Maaf yah, tapi sisi baiknya kamu bisa merasakan bagaimana nikmatnya dunia renang”
            Train dan Rosa kembali menikmati suasana indah yang terjalin saat itu. Mereka tidak tahu kalau masalah sudah mengantri untuk mendapatkan jatahnya.
            Train pulang kembali ke Palembang, dan yang tersisa di rumah hanyalah Rosa dan ayahnya. Rosa menikmati saat berdua dengan ayah. Mereka membangun ikatan kembali setelah sempat putus selama lima tahun.
            “Rosa, katanya mau lihat hasil tes SBMPTN kamu. Ayo cepat, ayah sudah tidak sabar ingin melihat anak ayah satu-satunya ini lulus di universitas yang mana”
            “Ini Rosa lagi lihat websitenya, Ayah” (Melihat dalam ke laptop lalu berlari menuju kamar tidurnya”
            “Eh Rosa kok kamu pergi ? Rosa kenapa kamu terlihat sangat sedih dan menangis?”
***
Kamar kecil yang berukuran 3 x 4 itu nampak tidak nyaman seperti biasanya. Terdengar suara dari jam dinding yang mengeluarkan bunyi seolah meledek. Jika bisa berbicara, pasti jam itu akan mengatakan bahwa yang terjadi saat ini adalah akibat dari perbuatan Rosa yang terlalu santai dan membuang-buang waktu. Terlebih ketika ia melihat raut wajah boneka satu-satunya yang ia miliki nampak tak ramah. Kegagalan Rosa dari tes SBMPTN yang sempat memberikan Rosa harapan itu adalah peristiwa penting yang tak dapat ia lupakan samapai kapanpun.
Rosa berbaring di lantai menatap langit-langit rumah yang semula indah akibat ukiran yang dipancarkannya. Kini langit-langit rumah itu telah tertutupi oleh sarang laba-laba akibat kelalaian Rosa yang tidak membersihkannya. Lantai terasa dingin menembus kulit, sedingin hati Rosa yang tak dapat berkutik menghadapi kenyataan yang pahit.
“Rosa, Train datang untuk menjenguk, tolong keluar sebentar demi ayah dan Train”
Mata Rosa terbelalak ketika mendengar ayahnya menyebut nama Train. Rosa yang mogok keluar dari kamar selama satu bulan itu, akhirnya keluar kamar.
“Train!” (Rosa berteriak ke arah Train lalu memeluknya)
“Maafkan aku baru datang, karena akhir-akhir ini aku punya banyak urusan yang tidak dapat ditunda ataupun dibatalkan. Namun, aku membawa bunga mawar untuk Rosaku.” (Memberikan mawar kepada Rosa sambil berlutut)
“Kamu memang tau apa yang aku suka, Train. Tapi jangan percaya diri dulu, aku masih marah denganmu.”
“Rosa, maafkan ayah karena telah menjadi ayah yang tidak baik bagimu. Ayah sibuk dan jarang memperhatikanmu, tetapi apa yang ayah lakukan murni untuk kebaikan kita. Ayah akan pergi ke Lubuk Linggau sekarang, ayah menitipkanmu dengan Train. Semoga kalian bisa berdamai. Maukah anakku yang cantik dan Train mengantar ayah ke stasiun kereta api ?” (Ayah Rosa menyela percakapan antara Rosa dan Train)
            Hari demi hari berlalu, Train mencoba untuk menghibur Rosa, namun Rosa tetap tidak mau membuka hati.
            “Train, berhenti menghiburku. Kamu tidak bisa merubahku. Mau bagaimanapun aku tetap seorang pecundang.”
            “Iya, kamu sekarang adalah seorang pecundang”
            “Train!!”
            “Mengapa? Aku benar kan? Kamu berbeda sekarang, kamu bukanlah Rosa yang kukenal seperti dahulu, kamu bukan Rosa yang telah menyelamatkanku dari segerombolan anak laki-laki nakal yang telah mengusikku. Kamu payah sekarang. Awalnya, aku sempat tidak percaya kalau kamu menyerah secepat ini. Tapi, akhir-akhir ini aku baru sadar mengapa.”
            “Kamu juga berubah, kamu sudah tidak memperdulikanku lagi. Sekarang aku ingin bertanya denganmu tentang hubungan kita. Apakah kita masih berpacaran? Apakah kamu masih mencintaiku? Dengan kondisimu yang sudah berubah menjadi sosok idola seperti saat ini, aku rasa jawaban dari pertanyaan ini adalah tidak! Tidak sama sekali!”
            “Dunia sudah berubah Ros, menuju era yang lebih canggih dan modern, masyarakat telah tumbuh menjadi insan yang cerdas dan berorientasi ke masa depan. Begitu pula aku, dan perasaanku terhadapmu.” (Train pergi dari rumah dan meninggalkan Rosa sendirian disana.)
            Rosa menunggu Train di rumah yang berukuran kecil ini. Ia menunggu dengan gelisah, takut-takut Train akan marah dan meninggalkan ia sendiri. Sempat terlintas difikiran Rosa kalau hal itu tidak mungkin terjadi, karena selama ini ia tidak pernah melihat Train marah kepada ia. Tentunya sebelum pertengkaran yang terjadi beberapa saat tadi belum terjadi.
            Saat Train berada di kelas 3 SMP, ia pernah mengungkapkan perasaan tulus yang tersembunyi di hati ia selama ini. Train menyatakan cinta kepada Rosa, cinta monyet namanya. Julukan cinta kepada anak kecil yang baru merasakan fitrah sang cinta. Tidak disangka, Rosa mempunyai rasa yang sama. Untuk sesaat mereka menjadi pasangan yang romantis. Rosa berubah menjadi lembut dan jarang menjahili Train. Begitu juga dengan Train yang mencurahkan perhatian penuh mengenai Rosa.
            Perjalanan cinta berhenti ketika Train lulus SMP dan melanjutkan pendidikan di SMA. Train jarang bertemu bahkan berkomunikasi dengan Rosa. Train lebih fokus kepada kariernya ketimbang fokus mengurusi kehidupan Rosa. Train berubah menjadi sosok idola. Banyak gadis yang mengantri untuk bisa bersama Train dan Rosa mengetahui itu. Namun, Rosa berpura-pura kalau hal itu tidak pernah terjadi. Rosa tetap menyukai Train. Walau Rosa tahu rasa Train terhadap Rosa kian hari kian pudar.
            Saat Train naik ke kelas 3 SMA yang artinya Rosa akan naik ke kelas 1 SMA, Train memberikan sesuatu kepada Rosa sebagai salam perpisahan. Rosa akan pindah ke kabupaten Lahat untuk menemani ayah Rosa merajut asa. Terjadi di stasiun kereta api, ketika kereta Rosa hendak berangkat. Train menarik tangan Rosa dan memberikan sesuatu kepadanya.
            “Rosa, aku memberikan mainan kereta api ini kepadamu. Mainan kereta api yang kubawa saat engkau menyelamatkanku. Jaga mainan ini baik-baik, because I would like t be your Train. Kereta api yang selalu menemani untuk meraih tujuanmu. Kereta api yang akan melewati berbagai macam musim dan suasana untuk menjagamu. Aku akan menjadi kereta apimu.”
            Suara seseorang mengetuk pintu membangunkan Rosa dari lamunan. Rosa membuka pintu dan berharap kalau Train lah yang sedang mengetuk. Dugaan Rosa benar, Train yang mengetuk pintu. Train datang dengan seorang gadis bersamanya. Train menyuruh gadis itu masuk ke ruang tamu agar bisa beramah tamah dengan mereka, tetapi Rosa menolak kedatangan gadis itu. Rosa ketakutan sehingga ia tidak bisa berfikir jernih lagi. Ketakutan membuat segalanya menjadi buruk. Rosa menyangka kalau gadis itu adalah pacar baru Train yang berarti saingan baginya. Ia berteriak ke arah gadis itu.
            “Apa yang kamu lakukan disini? Pergi sana! Jadi selama ini kamu yang menggoda Train sehingga ia berpaling dariku?”
            “Rosa, apa apaan ini! Dia adalah seorang psikolog. Dia akan membantumu dan memberi semangat kepadamu, sehingga kamu berubah menjadi Rosa yang penuh semangat seperti dahulu.” (Train mencoba menenangkan Rosa dengan berkata lembut)
            “Train, aku tidak gila! Aku juga tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang yang telah merebut pacarku ini!”
            Psikolog cantik itu sadar diri dan pergi dari rumah Rosa. Memang ini adalah pekerjaan ia untuk menangkan pasien, tetapi ia sudah terlanjut sakit hati karena telah dihina seperti itu. Train duduk di kursi tamu dengna diam. Sebaliknya, Rosa malah berteriak ke hadapan Train. Train terlihat sedang berfikir panjang bukannya mendengarkan perkataan Rosa, tetapi Rosa tidak sadar akan hal itu. Train berdiri dan berkata
            “Rosa, aku ingin pulang”
***
            Perkataan singkat yang membuat Rosa bungkam. Rosa tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kelihatannya kali ini Train sangat serius akan niatnya untuk pulang ke Palembang. Train mengemas barang dan bersiap untuk pulang, tetapi Rosa menutup pintu dan tidak membiarkan Train untuk pulang.
            “Rosa kenapa? Bukannya ini yang kamu mau?” (Train bertanya dengan lembut)
            “Maafin aku karena telah bertindak kasar terhadapmu selama ini, Train. Aku ingin ikut denganmu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu.” (Rosa berlutut dihadapan Train)
            “Baiklah, kamu boleh ikut denganku, tetapi kamu harus meminta izin kepada ayah terlebih dahulu”
            Rosa mendapatkan izin dari ayah, walaupun membutuhan waktu yang lama. Train berusaha meyakinkan ayah mengenai hal ini. Rosa membutuhkan liburan, kata Train. Sesampai di Palembang, Train langsung mengajak Rosa berkeliling kota Palembang itu melihat proyek LRT (Light Rail Transit).
            LRT adalah kereta api listrik bergerbong pendek yang dibangun tepat di jantung kota Palembang. Pembangunan LRT ini akan terbentang sejauh 24,4 kilometer dengan melewati 14 halte dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang menuju komplek olahraga Jakabaring Sport City (JSC)
            “Train, maaf aku menyela. Tetapi aku bingung, kamu bilang mau mengajakku berkeliling kota Palembang. Kok dari tadi kita hanya melihat LRT katamu itu yang saat ini saja belum selesai dibangun?”
            “Maafkan aku, tetapi aku menyukai kereta api. Seperti yang kamu tahu.”
            “Train, aku penasaran apakah kamu pernah mengalami hal yang buruk, kulihat hidupmu sangat sukses, kau dapat kuliah dengan mudah dan menda      patkan beasiswa, sedangkan aku, tes SBMPTN saja tidak lulus. Kau bahkan sudah mendapatkan tawaran pekerjaan meskipun belum lulus kuliah.”
            “Apakah kamu benar-benar penasaran?”
            “Iya”
            “Apakah dengan mendengar jawabanku ini akan membuatmu tenang?”
            “Iya Train.”
            “Hidupku seperti kereta api, aku pernah melintasi hutan yang gelap, jurang yang dalam dan diliputi oleh gemericik hujan untuk menggapai mimpiku. Sama sepertimu, kau harus berusaha untuk membanggakan orang tuamu dengan cara kuliah di universitas favorit dan lulus SBMPTN. Meskipun pada akhirnya kamu tak lulus jua. Itulah hidup, untuk mendapatkan hal yang indah, butuh perjuangan yang luar biasa.”
            “Train, apakah ada orang lain yang mengisi hatimu sehingga kau sangat bersemangat?”
            “Aku pernah memilihmu sebagai kekasih,dan orang lain juga pernah memilihku sebagai kekasih, tetapi yakinlah kereta api hanya mempunyai satu lintasan, dan lintasanku hanya tertuju padamu.”
            “Maafkan aku Train karena telah salah paham denganmu.. ”
            “Rosa, I would like to be your Train”
            “Of Course, please be my Train....”
***







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Percobaan Sebelum Menghadapi UN Bahasa Indonesia SMA

Soal Percobaan Sebelum Menghadapi UN             Isu hidupnya lembaga bredel dalam legislasi pers nasional kembali menghantui insan pers Indonesia. Beberapa kalangan mengaku telah menerima  draft  perubahan UU Pers yang di dalamnya konon antara lain memuat pengaturan mengenai bredel. Ketakutan akan kembalinya rezim otoriter yang menaburkan kritik dan membudayakan sensor, pembungkaman, serta pembutatulian warga kembali menyeruak. Tidak heran wacana yang hendak dimunculkannya kembali dibredel dalam pembaruan hukum pers yang sebenarnya masih dalam tataran isu menimbulkan gelombang penolakan. Boleh dikata tidak ada satu pun insan pers dan pegiat hak atas kebebasan informasi di negeri ini yang mau lembaga bredel dihidupkan kembali. Eksisnya lembaga bredel dikhawatirkan memberi peluang bagi kekuasaan untuk secara diskredit menghentikan operasi lembaga pers jika dianggap merongrong kewibawaan pemerintah. Pertanyaan mendasar yang layak dikemukakan adalah sejauh mana kekhawatiran akan ke

Dampak Negatif Perjanjian Renville bagi Indonesia

Dampak Negatif Perjanjian Renville Oleh : Arinda Wita Hedila 1.         Bubarnya kabinet Amir Syarifuddin (Januari,1948). Kabinet Amir Syraifudin ditentang oleh dua partai besar yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi. Penentangan itu membuat kabinetnya jatuh, hingga Amir syarifudin menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada 23 Januari 1948. 2.         Indonesia terpaksa harus menerima bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) lewat masa transisi. Sebelum RIS terbentuk Belanda menguasi seluruh wilayah Indonesia. 3.         Indonesia harus menerima hilangnya wilayah kekuasaan. Daerah-daerah yang direbut Belanda dalam Perang Kolonial I lepas termasuk Republik Indonesia. Wilayah Repubik, baik di Jawa maupun di Sumatra terpecah-pecah. Daerah satu dengan daerah yang lain terpisah oleh daerah pendudukan Belanda.  4.         Pejuang yang berada di daerah Belanda harus masuk ke wilayah RI. 5.         Perekonomian RI diawasi secara ketat oleh pihak Bel

Macam-macam Majas

Macam-macam Majas             Majas perbandingan /pertautan : Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. 3.       Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 4.       Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang